Sunday, October 21, 2012

You Ask, I Answer

Fantasi,
Suatu hal yang tak nyata
Bahkan, hampir semua menyalahi realita

Realita,
Suatu hal yang sangat nyata
Bahkan, hampir semua menyalahi fantasi

Fantasi atau Realita?
Dengan fantasi. aku bahagia
Dengan realita, aku hidup

Fantasi atau Realita?
Keduanya tak berhubungan
Keduanya tak bisa disatukan


Fantasi atau Realita?
Fantasi adalah sebuah kebebasan 
Realita adalah sebuah ikatan 


Fantasi atau Realita?
Harus pilih salah satu diantaranya?
Jawabannya tak bisa

Untukku,
Bukan lagi fantasi atau realita
Tetapi, fantasi dan realita

Sunday, October 14, 2012

How It Should be?

Kali ini, aku mau bicara soal Islam. Bukan apa-apa. Hanya opini.
Malam ini, baru saja menyelesaikan tugas Bahasa Indonesia yang berhubungan dengan cerpen. dan kebetulan cerpen yang aku pakai untuk tugas ini adalah cerpen dengan nuansa Islami.
Penulisnya bukan orang besar. Mungkin masih muda.

Di dalamnya ada satu cerpen yang ceritanya menggantung dan menggalaukan.
Isinya tentang persahabatan dan mahram.
Ceritanya ada seorang perempuan yang bersahabat dengan seorang laki-laki. Lalu, perempuan itu memutuskan untuk bergabung di organisasi remaja masjid dan mendadak berubah menjadi lebih alim. Sampai akhirnya, perempuan itu sadar akan batas-batas dalam Islam. Yaitu, batas-batas antara laki-laki dan perempuan sekalipun itu sahabat.

Dalam batin perempuan itu seperti ada perang. Betapa tidak? Ia semakin jauh dari sahabatnya itu. Dan buruknya, sahabatnya menjadi bengal. Laki-laki itu kembali menjadi perokok dan hidupnya berantakan. Anehnya, senior perempuan itu dalam organisasi melarang perempuan itu mengarahkan sang sahabat yang tersesat. Lagi-lagi, mahram masalahnya.

Bukannya mengesampingkan. Tapi, ini konteksnya berbeda. Apa benar kita, sahabat membiarkan sahabat kita tersesat? Apa benar kita, pergi ke jalan yang benar sendirian dan tidak memberitahu sahabat kita bila dia melewati jalan yang salah. Keluar dari konteks mahram. Kita mengajak orang yang semahram dan mengarahkan sahabat kita untuk kembali kan tidak apa-apa?

Apalagi dalam cerpen ini, diceritakan si laki-laki menjadi frustasi dan akhirnya meninggal dalam kecelakaan saat perjalanan menuju rumah si perempuan untuk menanyakan apa kesalahan yang ia perbuat sampai-sampai si perempuan menjauhi dia tanpa alasan.

Meninggalkan orang yang tersesat dan berjalan sesuai peta sendirian hanya karena masalah mahram. Benar atau salah?
Entahlah, aku pun bukan orang pandai, bukan kyai. Aku manusia biasa yang tidak tahu apa-apa dan sekedar ingin bertanya untuk mengetahui kepastian.

Thursday, October 11, 2012

Kemudian

Disini sepi, disitu gelap
Disana tak ada jalan 
Lalu dimana? 
Disini saja? 

Disini tak ada apa-apa 
hanya itu-itu saja 
A, B, C, D, dan, 1, 2, 3, 4 
Jenuh dan kelabu 

Aku ingin lebih dari 
Sekedar alfabet dan angka 
Apalagi tak semua mengena 
Hanya beberapa 

Sebenarnya banyak yang tak terbaca 
Aku sedikit dungu 
Tak berperasaan 
Tapi, memang tak tampak 

Sesuatu kompleks itu... 
Jauh dari sini 
Warna, corak, bentuk yang lebih 
dari sekedar A, B, C, dan, 1, 2, 3 

Tapi, pembatas terkejam memang waktu 
Memang jarak 
 Aku terlalu lemah 
Tapi, aku tak ingin hanya diam 

Semoga berubah 
Jarak yang jauh itu mendekat 
Warna, corak, bentuk, dan yang lainnya juga 
Sehingga kutahu 

Dimana tempatku seharusnya 
Berada kemudian


8th October 2012